Rapat Kerja Pimpinan Perguruan Tinggi Swasta Kopertis VII, Jawa Timur (26 Mei 2016) bertema Membangun Pendidikan, Mininggikan Peradaban. Ini sangat aktual dan relevan.
Pertama, pendidikan berkaitan erat dengan peradaban. Bukankah peranan pendidikan itu membangun peradaban? Kedua, pendidikan di Indonesia terkesan lepas dari peradaban. Orang mengaku terdidik, tetapi tidak beradab.
Mengapa orang yang sudah lama mengalami pendidikan berperilaku kurang beradab? Barangkali ini penyebabnya.
Pertama, orang tidak memahami hakikat pendidikan. Ada yang berpikir bahwa tujuan belajar itu memperoleh ijazah. Punya ijazah berarti berhak mendapatkan pekerjaan. Akibatnya, orang belajar (kuliah) hanya demi selembar kertas. Proses, kinerja, prestasi dan kompetensi dianggap tidak penting sama sekali.
Kedua, tradisi pendidikan (Barat) yang berdasar logika runtut dan teratur belum dimiliki. Masih dicangkokkan, belum terintegrasi. Orang mengikuti pendidikan tanpa mengubah mindset dan mentalitasnya. Misalnya, sikap tidak taat azas. Melanggar logika dan mencapai hasil tanpa lewat proses. Plagiasi di kalangan doktor dan profesor pun di mana-mana kesohor.
Orientasi pada hasil tanpa disiplin mengikuti proses menghasilkan manusia jalan pintas, bermental nerabas, melanggar dengan bebas; maunya semua aturan ditebas. Adakah manusia beradab dan berprestasi tanpa aturan? Adakah prestasi yang dihasilkan tanpa ugahari dan pengendalian diri?
Pendidikan sejati tidak hanya membentuk manusia pintar, tetapi menjadikannya semakin manusiawi. Pendidikan tidak sekedar membuat badan manusia menjadi besar (hominisasi), melainkan menjadikan jiwa dan hati semakin manusiawi (humanisasi). Di sinilah peradaban dilahirkan. Pendidikan itu pararel dengan peradaban.
Pendidikan tanpa sikap jujur, taat azas, tertib dan disiplin gagal menghasilkan manusia berbudaya dan beradab. Sekolah dan universitas yang hanya membanggakan uang, kuantitas dan fasilitas membuahkan manusia kurang berkualitas.
Inilah tantangan semua lembaga pendidikan. Siapkah kita membangun manusia-manusia berjiwa cerdas, berperilaku tertib dan taat azas? Jika tidak, pendidikan kita takkan membuahkan keadaban.
Universitas Katolik Widya Karya, Malang
27 Mei 2016