P 3

Setiap jaman dan generasi mempunyai keunggulan dan kekurangannya sendiri-sendiri. Kesulitan-kesulitan dalam mengarungi kehidupan bagi generasi jaman lalu melahirkan manusia-manusia tangguh. Sementara pelbagai kemudahan bagi generasi jaman ini bisa malah menciptakan manusia berjiwa rapuh.

Perjuangan jaman dahulu berbeda dari pergulatan masa kini. Pada awal tahun 1970an ayahku mengikuti kuliah di IKIP Karangmalang (kini: Universitas Negeri Yogyakarta). Dia mengayuh sepeda “onthel” berjarak 34 km menembus gelapnya malam dan siraman hujan deras. Jalan Yogya-Kaliurang masih sepi, gelap, dan aspalnya belum halus. Dia menulis skripsi menggunakan mesin ketik manual. Lulus Sarjana Muda membuat perjuangannya belum habis. Dia ingin meraih sarjana penuh (Drs).

Ayahku menghayati kesabaran, keteguhan, kegigihan, keuletan, sikap pantang menyerah dan kedalaman. Dia tapaki setiap tahap dengan mantap. Dijalaninya hidup secara mendalam lewat perenungan tanpa tergesa-gesa sehingga benar-benar berakar. Masuk akal, menghadapi badai pencobaan dia kokoh bertahan.

Pelbagai fasilitas memanjakan generasi masa kini. Mobilitas teritorial dipermudah oleh macam-macam kendaraan. Berkat komputer dan internet menulis jadi sangat mudah dan cepat. Mengirim surat dan pelbagai informasi dilakukan dalam tempo singkat. Mereka sanggup mengakomodasi perubahan yang cepat.

Namun, perlu dicermati. Generasi masa kini yang bergerak cepat di permukaan bisa kehilangan kedalaman; kurang berakar karena pergantian yang cepat. Komitmen jangka panjang semakin sulit dan mahal. Berpikir reflektif terasa sebagai tantangan. Seorang dosen senior mengatakan bahwa sebagian mahasiswa jaman sekarang berpikir pendek dan “cethèk” (kurang mendalam).

Mereka memerlukan kompetensi yang dilengkapi dengan P3 (patience, perseverance dan purification). Kesabaran membantu melihat secara jeli dan menyeluruh sebelum memutuskan. Daya tahan membentuk pribadi tangguh. Hidup serba mudah memerlukan ujian dan pemurnian.

Generasi muda potensial yang melengkapi diri dengan P3 itu akan berprestasi secara membanggakan sebagai manusia. Ketiga faktor itu perlu ditanamkan lewat proses pendidikan, terutama dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.

Universitas Katolik Widya Karya, Malang
1 Agustus 2016