KOMUNIKASI-INTERNAL

Kini pasar tampil sebagai magnet kuat yang menarik orang kepada segala yang bersifat eksternal. Generasi millenial Indonesia bakal menjadi pebelanja impulsif (CNN Indonesia, 2 November 2015). Apakah di sini impulsif berarti desakan hati tidak terkendali?

Secara pelan dan pasti manusia terperangkap dalam magnet eksternal yang makin menjauhkan mereka dari kendali batinnya. Kehidupan bergeser: dari yang internal ke yang eksternal.

Pergeseran ini membawa dampak yang sudah tampak. Pertama, orang sulit mengendalikan diri karena ditarik oleh kekuatan listrik ekonomi di luar diri. Hidup adalah membeli. Kedua, orang menjadi asing terhadap diri. Kembali ke dalam batin berarti ancaman dan kegelisahan. Jiwa dan hatinya terasa menakutkan. Ketiga, semua masalah dianggap berasal dari luar. Untuk mengatasinya segala yang luar itu mesti disingkirkan. Pelecehan seksual dan pedofilia diselesaikan dengan hukum kebiri. Apakah memangkas alat vital menyelesaikan soal?

Roda tanpa poros nyaris tidak berfungsi kecuali sebagai barang koleksi di museum. Demikian pula kehidupan tanpa berpusat pada batin cenderung membuat orang mencari kambing hitam. Akibatnya, banyak masalah tidak terselesaikan. Adakah orang yang mau disalahkan?

Hukum keseimbangan diperlukan. Semakin kuat daya tarik eksternal, semakin manusia perlu kembali ke dalam poros diri, yakni batin, jiwa dan hati. Yang eksternal tidak selalu jahat namun perlu dinilai dan dikritisi. Sumbernya dalam budi nan arif dan hati yang bijaksana.

Ketika anak-anak tumbuh dalam suasana tanpa kearifan budi dan kepekaan hati hidup bersama bakal terperangkap tirani. Membayangkan saja orang merasa ngeri.

Di mana godaan pasar makin kuat menarik ke dalam dunia eksternal, di sana manusia makin membutuhkan rahmat yang ditimbanya lewat komunikasi-internal. Karena itu, KENALILAH DIRIMU!

Universitas Katolik Widya Karya, Malang
2 November 2015