Greatness

Manusia itu makhluk mulia. Dia memiliki potensi untuk melakukan hal-hal yang luhur. Kemampuannya itu berasal dari Tuhan alias merupakan anugerah-Nya.

Ketika manusia berprestasi secara luar biasa perlulah dia menyadari bahwa keberhasilannya itu mengalir dari Allah. Manusia yang tidak menyadari hal ini jatuh ke dalam kelemahan-kelemahan.

Kelemahan utamanya ialah lupa diri. Manusia jenis ini merasa dan yakin bahwa keberhasilannya itu berkat kehebatan dirinya. Ini menyebabkannya jatuh dalam kelemahan berikutnya, yakni kesombongan. Orang sombong banyak berbicara tentang dirinya sendiri. Orang jenis ini tidak disukai. Semakin sering memuji diri sendiri, semakin dijauhi.

Sebaliknya, orang yang menyadari diri sebagai kecil, lemah dan terbatas mudah melihat bahwa segala keagungan dirinya semata-mata berasal dari Allah. Semakin banyak hal-hal luar biasa terjadi dalam dirinya, semakin kuat rendah hatinya. Dia tidak pernah berbicara tentang prestasi dan dirinya sendiri. Allah meninggikan orang-orang demikian ini.

Santa Perawan Maria (Ibu Yesus) termasuk manusia jenis ini. Betapa luar biasa peristiwa yang terjadi di dalam dirinya. Allah memilihnya untuk menjadi ibu Sang Penebus dunia. Tidak ada peranan yang jauh lebih besar, luhur dan mulia selain menjadi ibu juru selamat dunia.

Kendati demikian dia tidak berbangga hati; apalagi memuji-muji diri. Dalam Kidung Maria dia memuji Allah yang berkenan memandang kerendahan hamba-Nya dan melakukan karya-karya besar dalam diri manusia yang hina (Luk 1: 46-49).

Sikap ini amat relevan dan aktual untuk jaman ini. Bukankah banyak orang mencari kemegahan diri melalui jalan pintas: tanpa belajar menyandang gelar profesor doktor; tanpa bekerja keras bisa kaya dengan cara korupsi; lalu menyombongkan diri?

Benar, orang menjadi besar bukan berkat jasanya tetapi karena anugerah Allah. Karenanya, para penerimanya mesti bersyukur dan menundukkan diri.

Universitas Katolik Widya Karya, Malang

31 Mei 2016

Pesta Santa Perawan Maria mengunjungi Elisabet.