Membunyikan dua huruf itu keras-keras di dekat seorang wanita Tionghoa akan membuatnya menoleh. Dalam budaya Tionghoa bunyi itu terdengar sebagai panggilan kepada kakak perempuan.
Jika seorang boss mengatakan itu kepada sekretarisnya, tentu sang sekretaris memaknainya secara berbeda. Dua huruf itu diasosiasikan dengan proses surat-menyurat yang memerlukan tindasan alias carbon copy.
Setiap kehidupan manusia terkait dengan CC. Bukan kakak perempuan dan tindasan dari surat yang kita buat. CC adalah chance & choice.
Kehidupan yang kita jalani ini mulai dari dan selalu tampil sebagai kesempatan (by design). Buang-buang waktu memperdebatkan tentang identitas diri: mengapa aku dilahirkan sebagai orang Indonesia, dalam keluarga miskin, kurang terdidik dan banyak kekurangannya? Hidup ini kesempatan yang perlu dihayati secara baik dan benar. Yang memanfaatkannya secara bijaksana memetik buah-buah positifnya. Seperti energi, kebaikan tidak pernah akan hilang sia-sia.
Mengisi hidup secara baik, benar dan bijaksana bukan chance, tetapi choice. Banyak orang kehilangan kekayaan dan kesempatan karena memilih secara tidak tepat dan cermat, serta kurang akurat. Bukankah banyak peluang hilang karena orang memilih secara salah, lambat dan suka menunda?
Jutaan orang dilahirkan sebagai miskin. Namun berkat kecerdasannya dalam memilih dan memanfaatkan peluang kemudian menjadi orang sukses, kaya dan sejahtera. Sebaliknya, banyak anak-anak orang kaya merasa aman dengan hartanya. Mereka menutup mata terhadap pilihan-pilihan yang diperlukan untuk menjamin hidupnya tetap baik. Akhirnya, menjadi orang bodoh, miskin dan tidak terhormat. Barangkali ini sebabnya mengapa Indonesia yang kaya (by design) mempunyai angka kemiskinan tinggi.
Tuhan memberikan kesempatan dan pilihan. Yang pertama diberikan oleh Tuhan. Yang kedua milik kita. Kita tidak perlu mempertanggungjawabkan mengapa dilahirkan sebagai orang dari suku atau etnis tertentu. Yang harus kita pertanggungjawabkan adalah pilihan-pilihan kita. Kita dipanggil untuk bergerak dari evolution by chance ke transformation by choice.
Universitas Katolik Widya Karya, Malang
28 Juli 2016