Dari tahun 1970 hingga akhir 1980an sepeda motor Honda jenis CB sangat dikenal. Banyak penggemarnya. Kualitasnya bagus. Meski bertahun-tahun umurnya, masih bisa dikendarai. Pada tahun 1984 saya bersepeda motor dari Lodalem (Malang Selatan) ke Jogja bersama seorang guru. Dia mengendarai Honda CB 100 butut yang hanya bisa lari maksimal 40 km per jam. Saya menaiki Honda CG 110 baru sambil belajar bersabar.
CB juga ditulis di belakang nama kaum wanita, anggota kongregasi religius, yakni para suster Carolus Borromeus. Mereka berkarya di Indonesia, khususnya di bidang pendidikan dan kesehatan. SMA Stella Duce Yogyakarta merupakan sekolah mereka yang berkualitas dan terkenal. Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta dan Rumah Sakit Carolus Borromeus Jakarta mewujudkan visi mereka dalam karya kesehatan.
Bukan hanya perusahaan Jepang dan kongregasi religius yang membutuhkan CB itu. Mereka yang pernah terlibat asmara pernah mengalamai CB (cemburu buta). Ini sering menimbulkan pelbagai ketegangan atau pertengkaran. Penyebabnya bukan cemburu itu, tetapi cara orang memahami situasinya.
Sebagian orang yakin bahwa cinta mesti dekat dengan cemburu. Kalau tidak cemburu berarti tidak mencintai. Mereka tidak dapat memisahkan cemburu dari cinta.
Mengapa orang dilanda cemburu buta? Apakah karena cinta itu buta? Cinta sejati tidak buta karena mencintai berarti melihat dan berbagi. Sementara cemburu memang buta. Pertama, karena cemburu itu bukan cinta. Santo Agustinus menulis:”He that is jealous is not in love.” Kedua, cemburu tidak membuat orang melihat. Pertimbangan orang cemburu sangat subyektif. Cemburu itu bertentangan dengan cinta. “Jealousy contains more of self-love than of love,” kata Francois de La Rochefoucauld.
Oleh sebab itu, mereka yang suka cemburu mestinya tidak tergesa-gesa mengklaim bahwa dia mencintai. Cinta semestinya terarah ke orang lain; sedangkan cemburu itu memikirkan diri sendiri. Karena caranya sering membuta, maka disebut cemburu buta.
Universitas Katolik Widya Karya Malang
3 Agustus 2016