Gila

Apakah persamaan antara perilaku gila dan tindakan cinta? Keduanya sama-sama tidak rasional; di luar kendali akal budi. Jangan heran, orang yang sedang mabuk cinta kadang berperilaku seperti orang gila. Bayangkan, mereka menganggap dunia ini milik berdua.

Walau gila dan cinta sering berdekatan, ada perbedaan mendasar di antara keduanya. Pertama, orang gila tidak mencinta. Sedangkan orang mencinta bisa saja mencintai secara “gila” (pazzo, bhs Italia).

Banyak contoh mencinta secara “gila”. Bukankah cinta Yesus kepada umat manusia termasuk dalam kelompok ini? Cintanya sangat radikal dan “di luar akal”. Bagaimana orang rela menderita sedemikian ekstrem?

Kedua, orang gila tidak bisa membalas cinta. Sedangkan orang normal yang mengalami cinta cenderung membalas mencinta pula. Karena itu, mereka yang telah lama saling mencinta wajahnya semakin serupa.

Cinta sejati melampaui nalar akal budi. Benar, cinta sejati memang misteri. Itulah yang terjadi dalam diri Santa Maria Magdalena de Pazzi. Karena cintanya yang sangat besar akan Tuhan Yesus dia mengalami seluruh penderitaan dan luka-luka Yesus dalam tubuhnya. Itulah pengalaman mistik (persatuan dengan Tuhan) yang sangat tinggi. Karena mengalami sengsara Yesus dalam tubuhnya, niscaya dia juga memperoleh kemenangan dan kemuliaan surgawinya.

Dari dalam diri setiap orang mengalir cinta karena manusia diciptakan dalam dan oleh cinta Tuhan. Kita diajak untuk mencintai Tuhan, diri sendiri dan sesama. Cinta kepada Tuhan dan diri sendiri menjadi ukuran dan pedoman bagi cinta kepada sesama.

Semakin kita mencintai sesama, semakin hidup kita serupa dengan mereka. Di sanalah lahir hidup penuh kasih, harmonis dan damai. Bukankah itu berarti kita sudah mulai mencicipi kebahagiaan di surga?

Siapkah kita mencinta? Jawabannya kita temukan dalam hati, bukan dalam logika. Bukankah untuk sungguh mencinta diperlukan keberanian yang “gila”?

Universitas Katolik Widya Karya, Malang

25 Mei 2016

Hari Pesta Santa Maria Magdalena de Pazzi (Italia)