Dalam doamu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu meminta kepada-Nya. Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu. (Mat 6:7-15)
Berdoa bisa mempunyai tiga makna. Pertama, percakapan dengan seorang sahabat (bdk St.Teresa dari Avila). Di sana ada yang berbicara, ada yang mendengarkan. Ada baiknya dalam berdoa kita mendengarkan bisikan Allah; bukan terus-menerus melontarkan rangkaian kata-kata. Dengan berdiam dan mendengarkan kita menangkap kehendak Allah bagi dan dalam kehidupan kita.
Kedua, berdoa itu ungkapan iman kepada Allah. Di sana orang memasrahkan hidupnya kepada Allah yang sanggup menyelenggarakan hidup yang baik dan bahagia bagi manusia. Ketika Kerajaan Allah datang dan kehendak-Nya terjadi, tentu manusia mengalami kebahagiaan. Dalam diri Yesus hal itu terpenuhi.
Ketiga, berdoa berarti mengekspresikan diri yang telah sadar akan kelemahan, kegagalan dan dosa. Di hadapan Allah manusia menemukan diri sebagai yang berdosa. Namun Allah yang berbelaskasih selalu siap menerima para pendosa yang bertobat.
Apakah yang selama ini kita lakukan pada waktu berdoa? Apakah kita mendengarkan kehendak Allah, menyerahkan hidup kepada-Nya dan menemukan diri sebagai pendosa yang perlu bertobat dan yang membutuhkan kerahiman-Nya? Apabila kita menghayati ketiganya, niscaya telah sampai pada taraf doa yang hampir sempurna.
Malang, 16 Februari 2016
Albertus Herwanta