BABEL

Umumnya orang pernah mendengar kisah tentang Menara Babel. Isinya tentang kesombongan manusia yang ingin membuat suatu menara untuk menunjukkan bahwa mereka hebat. Kurang jelas mengapa, Tuhan kemudian mencerai-beraikan mereka.

Salah satu refleksinya ialah bahwa Tuhan melakukan itu supaya manusia tidak menjadi sombong dan mengabaikan Tuhan karena lebih percaya pada diri sendiri dan menolak percaya kepada Tuhan.

Menara Babel menyebabkan umat manusia terpisah-pisah karena bahasa yang mereka gunakan. Namun peristiwa Pantekosta menyatukan mereka lewat kuasa Roh Kudus dalam bahasa cinta.

Persatuan di antara perbedaan itu masih menghadapi tantangan hingga saat ini. Bahkan ada agama yang seharusnya berperan menyatukan justru menjadi agen perpecahan.

Sekuat apa pun perpecahan, persatuan selalu dirindukan dan jauh lebih mengharukan.

Di halaman Basilika Santa Maria di Fatima sering diadakan doa rosario bersama. Semua peziarah dari seluruh dunia berkumpul di Kapel Penampakan, memegang lilin dan mendoakan doa rosario. Uskup, imam, biarawan-biarawati dan awam bersatu dan berdoa dalam bahasa mereka. Salah satu peziarah dari pelbagai negara (Rusia, Polandia, Jerman, Italia, Perancis, Belanda, Inggris, Irlandia, negara-negara Afrika, Irak, Arab Saudi, Libanon, India, Cina, Korea, Indonesia,dll) bergantian tampil memimpin doa Salam Maria dalam bahasa mereka masing-masing. Doa juga menggunakan bahasa Latin dan Portugis.

Walau para peziarah tidak mengenal satu sama lain dan berbeda-beda bahasanya mereka bersatu pada dalam kasih dan devosi kepada Bunda Maria.

Doa ini diakhiri dengan prosesi lilin, mengarak Bunda Maria keliling lapangan di depan Basilika itu secara tertib dan rapi. Orang secara khidmat menyanyikan lagu-lagu Maria.

Menara Babel menceraikan manusia karena kesombongan. Kasih menyatukan karena kerendahan hati dan kelemahlembutan.

Fatima, 4 Oktober 2016